Rabu, 30 Maret 2011

menangis yang bermanfaat

MENANGIS YANG BERMANFAAT

Orang-orang yang mencintai Allah spenuh hati selalu menangis mengenang dosanya. Ada bermacam-macam tangisan orang sholeh.
1. Tangisan karena malu, (Nabi Adam)
2. Tangisan karena kesalahan, (Nabi Daud)
3. Tangisan karena takut, (Nabi Yahya)
4. Tangisan karena kehilangan, (Nabi Ya’kub)
5. Tangisan karena merasa kehebatan-Nya, contohnya tangisan para Nabi as sesuai dengan firman-Nya yg bermaksud :

“Apabila di bacakan kepada mereka ayat-ayat Tuhan yang Maha Pengasih, mereka merebah tunduk dan sujud sambil menangis”.

Nabi Syu’aib menangis sampai buta karena rindu dan cinta kepada Allah, kemudian di keembalikan kepadanya penglihatannya, lalu dia menangis lagi sehingga buta matanya, berurutan sampai tiga kali. Maka Allah menyerukan kepadanya :

“Hai Syu’aib! Sesungguhnya tangisanmu itu jika karena takut akan api neraka, maka Aku telah membebaskanmu dari api neraka dan jika karena ingin surga, maka Aku telah pastikanmu menjadi ahli surga!”

Nabi Syu’aib menjawab : “Tidak wahai Tuhan-ku! Tapi karena sangat rindu untuk memandang wajah-Mu”.

Allah mewahyukan lagi kepada Nabi Syu’ab : “Pantaslah bagi siapa yg menginginka-Ku, wajib menangis rindu kepada-Ku, sebenarnya penyakit ini tidak ada penawarnya sama sekali, kecuali bertemu dengan-Ku”.

Begitulah keadaan rupa Nabi Syu’aib, menangi karena cinta dan rindu kepada Allah SWT.

Malam menurunkan tabirnya, orang berdosa sedang nyenyak dalam tidurnya, tetapi para arifbillah sedang berdiri tegak menghadap tuhannya, mereka membaca ayat-ayat sambil bercucuran air mata, air suci mengalir membasahi pipi terus menurun kebadannya, tidak bersabar walau sebentar darri mengintai Tuhannya karena rindu dan orang bercinta sebenarnya tdk ada tidurnya.

“Barangsiapa banyak tertawa, niscaya kurang disegani. Barang siapa banyak gurau, niscaya ia dianggap remeh. Barang siapa memperbanyak sesuatu, niscaya ia menjadi terkenal dengan sesuatu itu. Barang siapa banyak perkataannya, niscaya banyak jatuhnya (dalam kesombongan). Barang siapa kurang malunya, niscaya kurang wara’nya. Barang siapa kurang wara’nya, niscaya mati hatinya”. (Umar bin Al-Khattab).

Anas ra berkata : “Pada suatu hari Rasulallah saw berkhutbah, lalu beliau bersabda dalam khutbahnya itu :

“Andai kamu mengetahui sebagaimana yang aku ketahui, niscaya kamu akan sedikit ketawa dan banyak menangis”.

Anas berkata : “Seketika itu para sahabat menutup muka masing-masing sambil menangis terisak-risak.

Bersabdalah Rasulallah : “Tiada sesuatu yg lebih disukai oleh Allah dari dua tetes dan dua bekas. Tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah dalam mempertahankan agama Allah. Adapun dua bekas adalah bekas dalam perjuangan fisabilillah dan bekas perjuangan menunaikan kewajiban kepada Allah” (HR. At-Tirmidzi)

Marilah kita renungkan kedalam diri kita, dikala kita menangis di hadapan-Nya. Adakah menangis krn malu kepada-Nya, atau karena takut kepada-Nya, atau karena cinta dan rindu kepada-Nya?

Mungkin yang sering terjadi dikala munajat kepada-Nya kita menangis krn nasib dan keadaan kita, karena penderitaan kita, karena musibah yang menimpa kita, krn kesulitan yang melanda kita, atau karena kesempitan rizki yang kita alamai.
Bukan karena malu kepada-Nya, bukan krn takut kepada-Nya, bukan karena banyaknya dosa-dosa kita, bukan karena cinta kpd-Nya.

Demikianlah keadaan kita, dikala di beri kesenangan cendrung kita lupa, asyik di dalam kesenangan dan tertawa-tawa diatas kesenangan dan di kala ditimpakan musibah, kesulitan dan kesempitan baru kita menyadari khilaf dan lalai kita, menangis menyesali khilaf dan lalai kita. hal yg demikian masih lebih baik dari pada tidak sama sekali menyadarinya walau sdh ditimpakan musibah dan kesulitan kpd kita, malah mencari sebab atau melempar sebab kesalahan pada orang lain dan bukan kepada diri kita sendiri. Shg tiada tangis dan menyesal sedikitpun walau kita berada dlm kesempitan dan di dera musibah. Atau kita menangis bukan mengharap iba-Nya, tetapi menangis mengharap iba dari mahluk-Nya. Suma na’udzubillah, smg tdk demikian halnya keadaan kita.
Marilah kita menyadari dan mengintrosfeksi diri kita, Dengan suatu harapan, semoga dengan introspeksi diri kita menyadari dan dapat merubah segala kekeliruan dan khilaf kita untuk bisa lebih baik lagi dimasa yang akan datang....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar