Wahai orang yang beriman, ketika kamu berdiri untuk sholat, maka cucilah mukamu, dan tanganmu hingga ke siku, dan usap kepalamu, dan cucilah kaki sampai mata kaki. Jika kamu junub, mandi dan bersihkan tubuhmu sepenuhnya. Tetapi jika kamu sakit atau di tengah-tengah perjalanan atau kembali dari kakus, dan kamu tidak dapat menemukan air, maka ambillah debu dan usapkan ke wajah dan tangan kamu dengan itu. Sesungguhnya Allah tidak ingin membebani kamu, Dia ingin menyucikan kamu dan untuk menyempurnakan berkah dan nikmat-Nya atasmu sehingga kamu akan bersyukur. [QS. Al-Maidah: 6]
Tubuh, normalnya, memiliki keseimbangan listrik statis. Fisiologi tubuh yang sehat terkait erat dengan keseimbangan elektrostatik ini. Kondisi atmosfer, serta pakaian dan produk plastik yang umum digunakan saat ini dapat mempengaruhi keseimbangan ini. Nyeri, mudah marah dan kerut-kerut wajah adalah hasil yang paling terkenal. Sebagian besar dari kita telah sadar akan listrik ini ketika turun dari mobil atau setelah duduk di kursi plastik. Badai cuaca memiliki efek yang sebanding.
Penyembuhan dengan akupunktur dan, dalam hal tertentu, fisioterapi, dapat memperbaiki ketidakseimbangan listrik statis ini, tetapi kita dapat menghindari dampak sepenuhnya, cukup dengan melakukan wudhu beberapa kali dalam sehari.
Ada banyak penyakit psikosomatik yang timbul dari ketidakseimbangan elektrostatik. Namun sekarang, saya hanya akan membahas masalah perawatan kulit, yang telah menjadi subjek modis seperti sekarang.
Pengaruh terburuk listrik statis yang diberikan terus-menerus pada otot-otot bawah kulit kecil (di bawah kulit), akhirnya membuat mereka menjadi tidak bekerja, inilah yang menyebabkan terjadinya kerutan, dimulai dengan wajah. Pada titik ini, kita menemukan setidaknya salah satu alasan bagi penampilan berseri-seri orang-orang yang telah melakukan wudhu sepanjang hidup mereka. Siapa pun yang melazimkan kebiasaan ini pasti lebih sehat, dan karena itu lebih indah kulitnya. Di zaman ini, ketika jutaan rupiah dihabiskan di kosmetik, sebuah peningkatan sepuluh kali lipat pengeluaran tetap tidak dapat menggantikan pencucian sederhana.
Tak diragukan lagi, orang yang skeptis akan bertanya, tetapi wudhu benar-benar harus ada hubungannya dengan listrik statis? Tentu saja tidak. Bagian dari ayat yang berkaitan dengan tayyamum ketika air tidak tersedia untuk wudhu, menggarisbawahi fakta. Untuk pengganti wudhu ini, yaitu tayammum, juga harus mampu membuang listrik statis yang signifikan. Karena membuang “kotoran” berupa elektro statik juga dapat dilakukan dengan menyentuhkan tangan Anda ke bumi (grounding). Bisa juga Anda lakukan dengan menyentuhkan tangan ke tembok. Dan thurob (tanah debu), jika diusapkan ke wajah dan tangan akan melepaskan elktro statik berlebih yang ada. Sehingga akan menyehatkan kulit wajah, dan mengurangi resiko “rasa tersetrum” ketika menyentuh benda logam.
Ketika ayat tersebut jelas-jelas menyatakan aspek kebersihan wudhu adalah suatu berkat yang besar, yang sekarang ini sebagiannya dijelaskan dalam istilah medis. Seseorang mungkin berkata: Tapi saya sudah mencuci muka dan tangan.
Mari kita ingat, bahwa sebagai kebiasaan masyarakat luas saat ini, praktek ini memiliki sejarah yang sangat singkat (hampir tujuh puluh tahun atau lebih), bahkan di antara bangsa-bangsa yang memiliki kecenderungan untuk mengklaim sebagai yang paling beradab di dunia.
Lebih penting, kebersihan seperti itu didasarkan pada semacam nasihat baik yang umum, yang tidak pernah dapat ditopang dengan kemantapan disiplin. Dalam Islam, praktik ini dihubungankan dengan ibadah. Sehingga praktik pencucian ini dilakukan dengan disiplin setiap hari. Hasilnya akan seperti yang diharapkan.
Yang pasti, nilai dan makna wudhu tidak berakhir dengan pengamatan medis ini. Rasa kesejahteraan dan martabat yang berasal dari wudhu juga berkontribusi terhadap kesehatan umum dari praktisi muslim.
Allah memerintahkan kita beribadah bukan semata-mata untuk menunjukkan kepatuhan kita kepada-Nya. Tetapi Dia ingin mengajarkan kita cara hidup yang baik. Itulah sebabnya Allah jelaskan kepada kita bahwa Allah memerintahkan kita untuk berwudhu atau bertayammum itu bukan untuk menyulitkan kita, tetapi untuk melengkapi anugerah-Nya kepada kita. Sekarang kita telah mengetahui salah satu hikmah perintah wudhu. Bukan hanya baik bagi kulit, teapi bagi seluruh tubuh. Karena kesehatan tubuh juga berkaitan dengan keseimbangan elektrostatik. Dan akhirnya, tergeraklah hati kita untuk bersyukur kepada-Nya Yang telah mengajarkan kita untuk berwudhu. Segala puji bagi Allah, alhamdulillah.
Dia ingin menyucikan kamu dan untuk menyempurnakan berkat dan nikmat-Nya atasmu sehingga kamu akan bersyukur. [QS. Al-Maidah: 6]
https://artikelislami.wordpress.com/2010/03/16/wudhu-tayammum-dan-listrik-statis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar