Sabtu, 14 Agustus 2010

Adab-Adab Berpuasa

Adab-Adab Berpuasa

A. Makan Sahur
Orang yg berpuasa sangat dianjurkan utk makan sahur. Hal ini berdasarkan hadits dari ‘Amru bin Al-‘Ash z
bahwa Rasulullah n
bersabda:

فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحُوْرِ

“Perbedaan antara puasa kami dgn puasa ahli kitab adl makan sahur.”
Dari Salman z
Rasulullah n
bersabda:

الْبَرَكَةُ فِيْ ثَلاَثَةٍ: الْجَمَاعَةِ وَالثَّرِيْدِ وَالسَّحُوْرِ

“Berkah ada pada 3 hal: berjamaah tsarid dan makan sahur.”
Disukai utk mengakhirkan makan sahur berdasarkan hadits Anas dari Zaid bin Tsabit z
ia berkata:
Kami makan sahur bersama Rasulullah n
kemudian beliau bangkit menuju shalat. Aku bertanya: “Berapa jarak antara adzan1 dan sahur?” Beliau menjawab: “Kadar 50 ayat.”
Namun apa yg diistilahkan oleh kebanyakan kaum muslimin dgn istilah imsak yaitu menahan beberapa saat sebelum adzan Shubuh adl perbuatan bid’ah krn dlm ajaran nabi n
tak ada imsak kecuali bila adzan fajar dikumandangkan. Rasulullah n
bersabda:

إِذَا أَذَّنَ بِلاَلٌ فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُؤَذِّنَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُوْمٍِ

“Apabila Bilal mengumandangkan adzan mk makan dan minumlah hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan.”
Bahkan bagi orang yg ketika adzan dikumandangkan masih memegang gelas dan semisal utk minum diberikan rukhshah khusus bagi sehingga dia boleh meminumnya.
Abu Hurairah z
meriwayatkan bahwa Rasulullah n
bersabda:

إِذَ سَمِعَ أَحَدُكُمُ النِّدَاءُ وَاْلإِنَاءُ عَلَى يَدِهِ فَلاَ يَضَعْهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ مِنْهُ

“Jika salah seorang kalian mendengar panggilan sedangkan bejana ada di tangan mk janganlah dia meletakkan hingga menunaikan keinginan dari bejana .”
Hukum makan sahur adl sunnah muakkadah. Berkata Ibnul Mundzir: “Umat ini telah bersepakat bahwa makan sahur hukum sunnah dan tdk ada dosa bagi yg tdk melakukan berdasarkan hadits Anas bin Malik z
bahwa Rasulullah n
bersabda:

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةً

“Makan sahurlah krn sesungguh pada makan sahur itu ada barakahnya.”
Dianjurkan makan sahur dgn buah kurma jika ada dan boleh dgn yg lain berdasarkan hadits Abu Hurairah z
bahwa Rasulullah n
bersabda:

نِعْمَ السَّحُوْرِ الْمُؤْمِنِ التَّمْرُ

“Sebaik-baik sahur seorang mukmin adl buah kurma.”
Jika seseorang ragu apakah fajar telah terbit atau belum mk boleh dia makan dan minum sampai dia yakin bahwa fajar telah terbit.
Firman Allah k
:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ

“Makan dan minumlah kalian hingga jelas bagimu benang putih dan benang hitam yaitu fajar .”
Berkata As-Sa’di t
: “Pada terdapat bahwa jika makan dan semisal dlm keadaan ragu akan terbit fajar mk tdk mengapa.”

B. Berbuka Puasa
Orang yg berpuasa dianjurkan utk mempercepat berbuka jika memang telah masuk waktu berbuka. Tidak boleh menunda meski ia merasa masih kuat utk berpuasa. ‘Amr bin Maimun Al-Audi meriwayatkan:

كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْجَلَ النَّاسِ إِفْطًارًا وَأَبْطَأَهُمْ سُحُوْرًا

“Para shahabat Muhammad n
adl orang yg paling cepat berbuka dan paling lambat sahurnya.”
Berkata Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin t
:
“Cepat-cepat berbuka puasa bila telah terbenam matahari bukan krn adzan. Namun di waktu sekarang manusia menyesuaikan adzan dgn jam-jam mereka. mk bila matahari telah terbenam boleh bagi kalian berbuka walaupun muadzdzin belum mengumandangkan adzan.”
Buka puasa dilakukan dlm keadaan ia mengetahui dgn yakin bahwa matahari telah terbenam. Hal ini bisa dilakukan dgn melihat di lautan dan semisalnya. Adapun hanya sekedar menduga dgn kegelapan dan semisal mk bukan dalil atas terbenam matahari. Wallahu a’lam.
Mempercepat buka puasa adl mengikuti Sunnah Rasulullah n
. Sahl bin Sa’ad z
meriwayatkan Rasulullah n
bersabda:

لاَ تَزَالُ أُمَّتِيْ عَلَى سُنَّتِيْ مَا لَمْ تَنْتَظِرْ بِفِطْرِهَا النُّجُوْمَ

“Senantiasa umatku berada di atas Sunnahku selama mereka tdk menunggu bintang ketika hendak berbuka.”
Mempercepat berbuka puasa akan mendatangkan kebaikan bagi pelakunya. Seperti yg diriwayatkan Sahl bin Sa’ad z
bahwa Rasulullah n
bersabda:

لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الفِّطْرَ

“Senantiasa manusia berada dlm kebaikan selama mereka mempercepat buka puasa.”
Mempercepat berbuka puasa adl perbuatan menyelisihi Yahudi dan Nashara. Abu Hurairah z
berkata Rasulullah n
bersabda:

لاَ يَزَالُ هَذَا الدِّيْنُ ظَاهِرًا مَا عَجَّلَ النَّاسُ الْفِطْرَ لأَنَّ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى يُؤَخِّرُوْنَ

“Senantiasa agama ini nampak jelas selama manusia mempercepat buka puasa krn Yahudi dan Nashara mengakhirkannya.”
Selain itu mempercepat buka puasa termasuk akhlak kenabian. Sebagaimana dikatakan ‘Aisyah x
:

ثَلاَثٌ مِنْ أَخْلاَقِ النُّبُوَّةِ: تَعْجِيْلُ اْلإِفْطَارِ وَالتَّأْخِيْرُ السُّحُوْرِ وَوَضْعُ الْيَمِيْنِ عَلَى الشِّمَالِ فِي الصَّلاَةِ

“Tiga hal dari akhlak kenabian: mempercepat berbuka mengakhirkan sahur dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dlm shalat.”
Orang harus berbuka puasa lbh dahulu sebelum shalat Maghrib berdasarkan hadits Anas z
bahwa Rasulullah n
berbuka puasa sebelum shalat dan makanan yg paling dianjurkan utk berbuka puasa adl kurma. Anas bin Malik z
berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ عَلَى رُطَبَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٍ فَتُمَيْرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تُمَيْرَاتٍ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ

“Adalah Nabi n
berbuka dgn ruthab sebelum shalat bila tdk ada ruthab mk dgn tamr bila tdk ada mk dgn beberapa teguk air.”
Jangan lupa berdoa sebelum berbuka puasa dgn doa:

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى

“Telah hilang dahaga dan telah basah urat-urat dan telah tetap pahala insya Allah k
.”
Orang yg menjalankan ibadah puasa diharuskan menjauhkan perkataan dusta sebagaimana yg terdapat dlm hadits Abu Hurairah z
bersabda Rasulullah n
:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةٌ فِيْ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Siapa yg tdk meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkan mk tdk ada keinginan Allah pada puasanya”

1 Yang dimaksud adl iqomah krn terkadang iqomah disebut adzan wallahu a’lam. Yang dimaksud dgn sahur adl akhir waktu sahur yaitu ketika masuk waktu shubuh sebagaimana akan lbh jelas pada artikel ‘Sahur dan Berbuka’ -red.

Pembatal Puasa

a. Makan dan minum dgn sengaja
Allah k
berfirman:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ

“Makan dan minumlah hingga jelas bagi kalian benang putih dari benang hitam dari fajar kemudian sempurnakanlah puasa hingga malam.”
Namun jika seseorang lupa mk puasa tdk batal berdasarkan hadits Rasulullah n
:

إِذَا نَسِيَ فَأَكَلَ وَشَرِبَ فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللهُ وَسَقَاهُ

“Jika ia lupa lalu makan dan minum mk hendaklah dia sempurnakan puasa krn sesungguh Allah yg memberi makan dan minum.”

b. Keluar darah haidh dan nifas
Hal ini sebagaimana dikatakan ‘Aisyah x
:
“Adalah kami mengalami mk kami diperintahkan utk meng-qadha puasa dan tdk diperintahkan meng-qadha shalat.”
Para ulama telah sepakat dlm perkara ini.

c. Melakukan hubungan suami istri di siang hari Ramadhan
Hal ini berdasarkan dalil Al Qur’an As Sunnah dan kesepakatan para ulama. Bagi yg melakukan diharuskan membayar kaffarah yaitu membebaskan budak bila tdk mampu mk berpuasa dua bulan secara terus-menerus dan bila tdk mampu juga mk memberi makan 60 orang miskin. Tidak ada qadha bagi menurut pendapat yg kuat. Hukum ini berlaku secara umum baik bagi laki2 maupun perempuan.
Adapun bila seseorang melakukan hubungan suami istri krn lupa bahwa dia sedang berpuasa mk pendapat yg kuat dari para ulama adl puasa tdk batal tdk ada qadha dan tdk pula kaffarah. Hal ini sebagaimana hadits Abu Hurairah z
bahwa Rasulullah n
bersabda:

مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ نَاسِيًا فَلاَ قَضَاءَ عَلَيْهِ وَلاَ كَفَّارَةَ

“Barangsiapa yg berbuka sehari di bulan Ramadhan krn lupa mk tdk ada qadha atas dan tdk ada kaffarah .”
Kata ifthar mencakup makan minum dan bersetubuh. Inilah pendapat jumhur ulama dan dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Asy-Syaukani rahimahumallah.

d. Berbekam
Ini termasuk perkara yg membatalkan puasa menurut pendapat yg rajih berdasarkan hadits Rasulullah n
:

أَفْطَرَ الْحَاجِمُ وَالْمَحْجُوْمُ

“Telah berbuka orang yg berbekam dan yg dibekam.”
Hadits ini shahih dan diriwayatkan dari kurang lbh 18 orang shahabat dan dishahihkan oleh para ulama seperti Al-Imam Ahmad Al-Bukhari Ibnul Madini dan yg lainnya. Ini merupakan pendapat Al-Imam Ahmad dan Ishaq bin Rahuyah serta dikuatkan oleh Ibnul Mundzir.
Ada beberapa perkara lain yg juga disebutkan sebagian para ulama bahwa hal tersebut termasuk pembatal puasa di antaranya:

a. Muntah dgn sengaja
Namun yg rajih dari pendapat ulama bahwa muntah tidaklah membatalkan puasa secara mutlak sengaja atau tdk sengaja. Sebab asal puasa seorang muslim adl sah tidaklah sesuatu itu membatalkan kecuali dgn dalil. Adapun hadits Abu Hurairah z
bahwa Rasulullah n
bersabda:

مَنْ ذَرَعَهُ الْقَيْءُ فَلاَ قَضَاءَ عَلَيْهِ وَمَنِ اسْتَقَاءَ فَلْيَقْضِ

“Barangsiapa yg dikalahkan oleh muntah mk tdk ada sesuatu atas dan barangsiapa yg sengaja muntah mk hendaklah dia meng-qadha .”
Hadits ini dilemahkan oleh para ulama di antara Al-Bukhari dan Ahmad. Juga dilemahkan oleh Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi t
.
Namun jika muntah tersebut keluar lalu dia sengaja memasukkan kembali mk hal ini membatalkan puasanya.

b. Menggunakan cairan penngganti makanan seperti infus
Terjadi perselisihan di kalangan para ulama dan yg rajih bahwa suntikan terbagi menjadi dua bagian:
1}. Suntikan yg kedudukan sebagai pengganti makanan mk hal ini membatalkan puasa sebab nash-nash syari’at bila didapatkan pada sesuatu yg termasuk dlm penggambaran yg sama mk dihukumi sama seperti yg terdapat dlm nash.
2}.Suntikan yg tdk berkedudukan sebagai pengganti makanan mk hal ini tidaklah membatalkan puasa sebab gambaran tdk seperti yg terdapat dlm nash baik lafadz maupun makna tdk dikatakan makan dan tdk pula minum dan tdk pula termasuk dlm makna keduanya. Dan asal adl sah puasa seorang muslim sampai meyakinkan pembatal berdasarkan dalil yg syar’i.

Namun Asy-Syaikh Muqbil t
menasehatkan bagi orang yg sakit utk berbuka dan tdk berpuasa agar tdk terjatuh ke dlm sesuatu yg menimbulkan syubhat.

c. Onani
Pendapat yg rajih dari pendapat para ulama bahwa onani tidaklah membatalkan puasa namun termasuk perbuatan dosa yg diharamkan melakukan baik ketika berpuasa maupun tidak. Allah k
berfirman menyebutkan di antara ciri-ciri orang mukmin:

وَالَّذِيْنَ هُمْ لِفُرُوْجِهِمْ حَافِظُوْنَ. إِلاَّ عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُوْمِيْنَ. فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُوْنَ

“Dan orang yg memelihara kemaluan kecuali kepada istri-istri atau budak wanita yg mereka miliki. mk sesungguh tdk tercela. mk barangsiapa yg mencari selain itu mereka itulah orang2 yg melampaui batas.”

Hal-Hal yg Diperbolehkan Bagi Orang yg Berpuasa

a. Bersiwak
Rasulullah n
bersabda:

لَوْ لاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ

“Jika aku tdk memberatkan umatku niscaya akan kuperintahkan mereka bersiwak tiap hendak shalat.”

b. Masuk waktu fajar dlm keadaan junub
Hal ini berdasarkan hadits ‘Aisyah dan Ummu Salamah c
bahwa Nabi n
mendapati waktu fajar dlm keadaan junub setelah istri kemudian beliau mandi dan berpuasa.

c. Berkumur-kumur dan memasukkan air ke dlm hidung asal tdk berlebihan
Laqith bin Shabirah meriwayatkan bahwa Rasulullah n
bersabda:

وَبَالِغْ فِي اْلإِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُوْنَ صَائِمًا

“Dan bersungguh-sungguhlah kalian dlm ber-istinsyaq kecuali bila kalian berpuasa.”

d. Menggauli istri selain bersetubuh
Sebagaimana yg dikatakan oleh ‘Aisyah x
:
“Adalah Rasulullah n
mencium dan beliau berpuasa menggauli dan beliau berpuasa.”

e. Mencicipi makanan dan mencium asal tdk memasukkan ke dlm kerongkongan
Berkata Ibnu ‘Abbas c
:
“Tidak mengapa seseorang mencicipi cuka atau sesuatu selama tdk masuk kerongkongan dlm keadaan dia berpuasa.”

f. Mandi di siang hari
Sebagaimana yg terdapat pada kisah junub Nabi n
yg telah lalu.

Perbuatan yg Dianjurkan di bulan Ramadhan

a. Memperbanyak shadaqah
b. Memperbanyak bacaan Al Qur’an dzikir doa dan shalat
Ibnu ‘Abbas c
meriwayatkan:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُوْنُ فِيْ رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ

“Rasulullah n
adl orang yg paling dermawan dan beliau lbh dermawan lagi di bulan Ramadhan ketika Jibril menemui lalu membacakan pada Al Qur`an.”

c. Memberikan makan kepada orang yg berbuka puasa
Rasulullah n
bersabda:

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

“Barangsiapa yg memberi makan orang yg berpuasa mk bagi seperti pahala dlm keadaan tdk berkurang sedikitpun dari pahala orang yg berpuasa itu.” .

Wallahul muwaffiq.

Sumber: www.asysyariah.com

penulis Al-Ustadz Abu Abdirrahman Al-Bugisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar